Herd Immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap infeksi tertentu. Hal ini disampaikan Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand), dr. Rizanda Machmud. "Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi," kata dr Rizanda dalam webinar SAKATO yang diselenggarakan FK Unand, Sabtu (24/10/2020).
Rizanda memberikan contoh yang berkaitan dengan Herd Immunity adalah pemberian vaksin polio. Menurut dr Rizanda seseorang yang telah mendapatkan vaksin polio, tubuhnya akan membentuk kekebalan spesifik terhadap virus polio, sehingga virus tidak dapat menyebar ke orang lain. "Tahun 2014 kita (Indonesia) dinyatakan bebas polio," ujarnya.
Kekebalan kelompok diterangkannya merupakan konsep epidemiologi yang menggambarkan keadaan dimana populasi manusia cukup kebal terhadap suatu penyakit sehingga infeksi tidak akan menyebar dalam populasi. Dengan kata lain, cukup banyak orang dalam suatu komunitas akan memperoleh kekebalan, bagian masyarakat rentan dapat terlindungi. Rizanda berujar cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kekebalan pada banyak orang sekaligus dapat dilakukan dengan vaksinasi.
Namun selain dengan vaksin, kekebalan tubuh juga bisa didapatkan secara alami oleh orang orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi tertentu. Setelah pulih dari suatu penyakit infeksi, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan kuman penyebab infeksi tersebut bila suatu saat virus kembali menyerang. "Jadi semakin banyak orang yang terinfeksi sembuh, semakin banyak juga orang yang kebal dan herd Immunity pun akan terbentuk," ujarnya.
Namun, terbentuknya Herd Immunity secara alami membutuhkan waktu yang cukup lama. Pembentukan Herd Immunity untuk melawan Covid 19 secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi virus ditegaskannya bukan cara yang bijak. Apalagi Indonesia berpenduduk hampir 300 juta jiwa, merupakan waktu yang lama untuk terbentuknya Herd Immunity secara alami.
Membentuk Herd Immunity secara alami pada Covid 19 juga dapat berakibat fatal dan memakan banyak jumlah korban jiwa akibat infeksi ini. Hal itu menyebabkan konsep Herd Immunity secara alami tidak bisa diharapkan untuk menyudahi pandemi Covid 19, sebelum ditemukannya vaksin. "Hingga kini, para peneliti berusaha untuk mengembangkan vaksin tersebut, vaksin untuk virus corona sudah mencapai tahap 3," ujarnya
Rizanda mengatakan cara terbaik yang bisa dilakukan adalah memutus rantai penularan dengan gerakan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Gerakan ini menurutnya akan efektif untuk menekan angka penyebaran covid 19 jika dilakukan bersama sama, sambil menunggu kesiapan vaksin yang tengah diteliti oleh banyak pakar di dunia. "Herd Immunity jika dikatakan menekan penyebaran 100 persen, ya tentu tidak. Tapi ini bagian dari usaha. Banyak orang yang bertanya, kenapa ini (vaksin) bisa cepat dibuat. Karena yang meneliti banyak orang di banyak negara. Karena kita butuh cepat, sekarang sudah masuk tahap 3," ujarnya.
Pemerintah lewat Satgas Covid 19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M (Memakai masker, rajin mencuci tangan, selalu menjaga jarak). Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan agar masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid 19 banyak datang dari pergerakan manusia. Ingat pesan ibu, bersama sama kita lawan virus corona.