Semenjak kemunculan virus corona, ada beberapa gejala yang tak biasa muncul pada pasien positif covid 19, apa saja gejala yang tak biasa ini? Para ilmuan masih terus melakukan penelitian terhadap pasien covid 19. Semenjak mewabahnya virus corona di seluruh dunia, banyak hasil penelitian yang baru.
Apalagi ada berbagai hal yang belum diketahui dari infeksi virus jenis baru ini. Mulai dari penyebab, gejala yang pasti hingga vaksin belum ditemukan. Gejala pasien positif covid 19 ini sangat beragam, muali dari batuk, pilek, demam hingga sesak napas.
Namun ada juga yang tak memiliki gejala apapun namun ternyata membawa virus ini dalam tubuhnya. Meski begitu, ada juga beberapa pasien yang mengalami gejala yang tak umum. Dilansir dari The Guardian, 6 Mei 2020, WHO mencatat ada lima gejala yang tak umum dialami oleh pasien positif virus corona ini.
Apa saja gejala aneh yang dialami beberapa pasien? Beberapa negara melaporkan adanya ruam pada jari jari kaki pasien Covid 19, menyerupai chilblains , dalam banyak kasus tidak disertai oleh gejala virus yang biasa. Kondisi ini kemudian dijuluki "covid toe".
Ruam dapat berbentuk lesi merah atau ungu. Terlepas dari namanya, kondisi ini dapat ditemukan pada sisi atau telapak kaki, atau bahkan pada tangan dan jari. The European Journal of Pediatric Dermatology melaporkan, kasus ini banyak ditemukan pada anak anak dan remaja di Italia.
Disebutkan bahwa gejala ini tidak seperti ruam lain yang terkait dengan virus corona, dan kondisi yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Konjungtivitis adalah gejala yang jarang terjadi pada kasus Covid 19, dengan partikel virus ditemukan dalam air mata. Menurut Royal College of Ophthalmologists dan College of Optometrists di Inggris, infeksi saluran pernapasan atas dapat meyebabkan konjungtivitis virus sebagai komplikasi sekunder, dan kondisi ini juga terjadi pada Covid 19.
Namun, tidak mungkin bahwa seseorang muncul dengan konjungtivitis virus sekunder untuk Covid 19 tanpa gejala demam atau batuk terus menerus. Sebab, gejala konjungtivitis tampaknya merupakan kondisi yang terlambat muncul. Sebuah studi Spanyol peer review , yang diterbitkan dalam British Journal of Dermatology pada pekan lalu, menemukan bahwa 6 persen dari 375 kasus virus corona yang diperiksa melibatkan nekrosis yaitu matinya jaringan tubuh karena kurangnya suplai darah, atau livo, dan perubahan warna kulit.
Pada kondisi ini, kulit dapat menjadi belang belang dan memiliki bagian berwarna ungu atau merah, yang mungkin muncul dalam pola seperti renda. Menurut studi tersebut, kasus ini ditemukan pada pasien yang lebih tua dengan kasus Covid 19 yang lebih parah. Namun, temuan ini tidak konsisten dan nekrosis juga ditemukan pada beberapa orang dengangejala virus coronayang tidak memerlukan rawat inap.
Sebuah penelitian terhadap 214 pasien di China, yang diterbitkan dalam Jama Neurology , April 2020, menemukan bahwa lebih dari sepertiga kasus pasien positif virus corona mengalami gejala neurologis seperti pusing atau sakit kepala. Gejala ini meningkat menjadi 45,5 persen pada pasien parah infeksi virus corona. Merespons temuan itu, profesor virologi Prof Ian Jones mengatakan, kondisi ini umumnya bukan disebabkan oleh virus corona.
Saat ini, komplikasi neurologis mungkin dianggap sebagai konsekuensi dari keparahan penyakit Covid 19 ketimbang masalah baru lainnya. Beberapa pasien Covid 19 mengeluh mengalami kesemutan, mendesis, atau bahkan seperti terbakar. Direktur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit Mount Sinai, New York, Dr Waleed Javaid mengatakan, kemungkinan respons kekebalan pasien terhadap Covid 19 yang menyebabkan munculnya sensasi seperti itu.
"Ada respons imun luas yang terjadi. Sel sel kekebalan tubuh kita diaktifkan sehingga banyak bahan kimia dilepaskan ke seluruh tubuh kita dan itu dapat hadir atau terasa seperti ada beberapa desis. Ketika respons kekebalan tubuh kita meningkat, orang orang dapat merasakan sensasi yang berbeda," ujar Javaid kepada Today.com . "Saya telah mendengar pengalaman serupa di masa lalu dengan penyakit lain," lanjut dia.